Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM)
sebagai kaisar Romawi dari Macedonia dengan kekuatan militer yang besar
menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu berkembang sebuah
kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan
Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi
pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang
ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan suatu
pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain,
terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke
wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani,
karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima warisan
kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang,
namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali
Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:
Pertama, Sinisme. Menurut paham ini
jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu,
segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
Kedua, Stoik. Menyatakan penyangkalannya
adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak
pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. Ketiga, Epikurime. Segala-galanya
terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau
mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap
tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan
dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut
pada takhayul. Keempat, Neo Platonisme. Paham yang ingin menghidupkan kembali
filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada
Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin
kembali kepadanya.
0 komentar:
Posting Komentar