Pengertian Patristik
Nama
“Patristik” berasal dari bahasa latin “Patres” yang menunjukkan kepada
bapa-bapa gereja(pemimpin greja), berarti pujangga-pujangga kristen dalam
abad-abad pertama tarikh masehi yang meletakkan dasar intelektual untuk agama
kristen. Mereka merintis jalan dalam perkembangan teologi kristiani. Secara
kronologis mereka masih termasuk masa kuno, tapi dari sudut
perkembangan sejarah filsafat sebaiknya mereka dipandang sebagai masa
peralihan menuju pemikiran abad pertengahan. Menurut pendapat mereka,
sesudah manusia berkenalan dengan wahyu Ilahi yang tampak dalam diri Yesus
Kristus, filsafat sebagai kecerdikan manusiawi belaka serta merupakan sesuatu
yang berkelebihan saja bahkan suatu bahaya yang mengancam kemurnian iman
kristiani, seorang yang dengan jelasnya menganut pendirian ini adalah
Tertulianus.
Sejarah Filsafat Patristik
Timbulnya
agama Kristen pada awal abad masehi menyebabkan filsafat dibarat menduduki
tempat yang baru. Disamping kearifan hidup yang dikemukakan oleh
filsafat timbulah kearifan hidup yang dikemukakan oleh agama
Kristen. Kedunya bukan hidup berdampingan secara damai melainkan
berkonfrontasi. Konfrontasi ini sebenarnya sudah tampak didalam kitab suci
itu sendiri. Tampilah orang orang seperti Paulus dan Yohanes, yang
mengedepankan kepercayaan Kristen.
Dalam sejarah, pada awal abad
masehi agama Kristen telah tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk yang
mengagumkan yang ditandai dengan kecanggihan intelektual Thomas Aquinas
tentang eksistensi Allah, setelah munculnya orang-orang seperti Rasul Paulus,
dan Rasul Yohanes yang menghadapkan kepercayaan Kristen dengan kepercayaan yang
bukan Kristen pada waktu itu. Sejarah menunjukkan suatu pergumulan yang
menentukan hidup, dan mati agama baru ini, dimana-mana agama Kristen ditentang,
baik oleh penguasa maupun oleh para pemikir pada waktu itu. Semula Para
pengikut agama Kristen memang terdiri dari orang –orang sederhana dan juga
rakyat jelata yang bukan ahli pikir sehingga tidak ada pembelaan secara
filsafati. akan tetapi kemasukan juga dari golongan atasan dan ahli pikir
yang menjadi pengikut agama Kristen.
Dari golongan ahli pikir
inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikiranya. Mereka ada yang menolak
filsafat Yunani dan ada pula yang menerimanaya.
Pada abad pertengahan terdapat unsur baru dalam
filsafat yaitu unsur wahyu sehingga menimbulkan dua aliran
pemikiran :
a.
Aliran yang menolak filsafat Yunani menganggap sebagai
kebijakan kafir, karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran
yaitu firman Tuhan dan tidak dibenarkan mencari sumber yang lain seperti
filsafat Yunani.
b.
Aliran yang menerima filsafat Yunani menggap sebagai
kebijakan manusia. Karena beranggapan bahwa walaupun ada sumber kebenaran yaitu
firman Tuhan, tetapi tidak ada salah menggunakan filsafat Yunani yang hanya
diambil metodos.
sumber:
Ahmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
0 komentar:
Posting Komentar