Rudat adalah kesenian
tradisional khas Banten yang merupakan perpaduan unsur tari, syair shalawat,
dan olah kanuragan yang berpadu dengan tabuhan terbang dan tepuk tangan. Rudat
terdiri dari sejumlah musik perkusi yang dimainkan oleh setidaknya delapan
orang penerbang (pemain musik ) yang mengiringi tujuh hingga dua belas
penari.Menurut beberapa tokoh Rudat, nama Rudat diambil dari nama alat yang
dimainkan dalam kesenian ini. Alat musik tersebut berbentuk bundar yang
dimainkan dengan cara dipukul. Seni Rudat mulai ada dan berkembang pada masa
pemerintahan Sinuhun Kesultanan Banten II, Pangeran Surosowan Panembahan
Pakalangan Gede Maulana Yusuf (1570-1580 M).
Tidak banyak yang mengetahui
siapa yang menciptakan kesenian ini, karena sekarang sesepuh yang mengetahui
seluk-beluk Rudat sangat sedikit bahkan sebagian sudah meninggal. Naskah yag
berisi sejarah Rudat dan nilai-nilai filosofis tentang rudat pun hanya dimiliki
oleh satu sampai dua orang yang salah satunya merupakan anak dari mendiang
pemilik naskah yang menjadi sesepuh disana.
Meskipun
tidak banyak yang mengetahui pencipta kesenian ini, warga Sukalila meyakini
bahwa Rudat sebetulnya jurus silat yang dikembangkan menjadi tarian.
Langkah-langkahnya merupakan langkah-langkah silat yang dikembangkan menjadi
tarian dan diiringi musik dan shalawat.Seni tradisional Banten ini menjadi
rangkaiaan utama tatkala Kesultanan Banten mengadakan hajat besar atau dalam acara
penyambutan tamu kehormatan yang berasal dari mancanegara.
Pasang surut
Seni Rudat sangat erat kaitannya dengan sejarah Kesultanan Banten. Saat
kedatangan Belanda, Seni Rudat malah terkubur.
Pada zaman Sinuhun Kasultanan Banten IV Pangeran Panembahan
Maulana Abdulmufakir Mahmudin Abdul Kadir (1596-1651 M) seni tradisional khas
Banten ini benar-benar dilarang Belanda karena dicurigai sebagai ajang untuk
mengumpulkan masa untuk berlatih bela diri dan menghimpun kekuatan untuk
menentang Belanda.
0 komentar:
Posting Komentar