Masa
abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan masa
Skolastik. Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school,
yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih
sama yaitu ajaran atau sekolahan. Yang demikian karena sekolah yang diadakan
oleh Karel Agung yang mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai artes liberales
(seni bebas) meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika,
astronomi, musika, dandialekt ika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan
kemudian meliputi seluruh filsafat. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang
berkaitan dengan sekolah.
Kata
skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang mempunyai corak
khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama. 4 Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat skolastik
adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,
kerohanian, baik buruk.
Pada
dasarnya sampai pertengahan abad ke 12 orang-orang Barat belum pernah mengenal
filsafat Aristoteles secara keseluruhan. Scholastik Islam-lah yang membawakan
perkembangan filsafat di Barat, terutama berkat tulisan dari para ahli pikir
Islam seperti Ibnu Rusyd. Peran ahli pikir Islam ini besar sekali, tidak hanya
dalam pemikiran filsafat saja, akan tetapi juga memberi sumbangan yang tidak
kecil bagi bangsa Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun setelah
pemikiran-pemikiran Islam ini masuk ke Eropa, banyak buku filsafat dan peranan
para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan
karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir
Islam itu dalam mengantarkan kemoderatan Barat.
1.
Thomas Aquinas.
Aquinas
merupakan teolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus.
Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia
sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles
diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat
berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi
unsur yang berbahaya bagi iman kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya
dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam gereja
katolik roma oleh Paus Leo XIII.
Thomas
mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse
subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang memunyai
keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang
tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam
pandangannya.
2.
Albertus Magnus
Disamping
sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad
pertengahan. Ia lehir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal
sebagai “doctor universalis” dan “doctor magnus” kemudian bernama Albertus
Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas
Padua ia belajar artes liberales. Ilmu-ilmu pengetahuan alam,
kedokteran, filsafat aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo
Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
3.
Wiliam Ockham
Menurut
pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau
kejadian-kejadian individual. Konsepo-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum
tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang
demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping
itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin
teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai
pengusahanya Paus John XXII.
Sumber
:
Ahmad
Syadali, Mudzakir, “Filsafat Umum”, Pustaka Setia, 2004. Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar