Filsafat China berkembang pada masa pemerintahan Dinasti Chou. Pada zaman
itu lahir tiga ahli filsafat China, yaitu Lao Tse, Kong Fu Tse, dan Meng Tse
yang menjadi pedoman hidup bangsa China.
1. Lao
Tse
Ajaran Lao Tse
tercantum dalam bukunya Tao Te Ching. Lao Tse percaya bahwa ada semangat
keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi, yaitu bernama Tao.
Ajaran Lao Tse bernama Taoisme.
Taoisme mengajarkan orang supaya menerima nasib.
Menurut ajaran ini, suka dan duka, bahagia dan bencana adalah sama saja. Oleh
karena itu, seorang yang menganut Taoisme dapat memikul suatu penderitaan
dengan hati tidak berguncang. Taoisme tidak begitu besar pengaruhnya terhadap
bangsa Cina dibandingkan dengan ajaran Kong Fu Tse.
2. Kong
Fu Tse
Ajaran Kong Fu Tse berdasarkan Tao juga. Menurut
ajaran Kong Fu Tse, Tao adalah sesuatu kekuatan yang mengatur segala-galanya
dalam alam semesta ini, sehingga tercapai keselarasan. Masyarakat manusia
adalah bagian dari alam semesta ini, maka tata cara hidup manusia diatur oleh
Tao.
Oleh karena itu, setiap orang harus menyesuaikan diri
dengan Tao, agar dalam kehidupan masyarakat terdapat keselarasan dan
keseimbangan. Penganut aliran Kong Fu Tse percaya bahwa segala bencana yang terjadi
di atas permukaan bumi ini karena manusia menyalahi aturan Tao. Ajaran Kong Fu
Tse mencakup bidang pemerintahan dan keluarga. Misalnya, rakyat harus hormat
dan taat kepada rajanya, seperti anak terhadap bapaknya. Sebaliknya, raja harus
memerintah rakyat dengan baik dan bijaksana seperti bapak terhadap anaknya.
Selama 24 abad, ajaran Kong Fu Tse dipandang oleh bangsa Cina sebagai pegangan
hidup, baik bagi rakyatnya maupun bagi rajanya. Bahkan sampai sekarang ajaran
Kong Fu Tse sangat besar pengaruhnya terhadap tata cara berpikir dan sikap
hidup sebagian besar orang China.
3. Meng
Tse
Meng Tse (372-280 SM) adalah seorang murid Kong Fu Tse
yang melanjutkan ajaran gurunya. Ajaran Meng Tse bertentangan dengan Kong Fu
Tse. Meng Tse tidak memberikan pelajaran kepada kaum bangsawan, tetapi
memberikan pengetahuan kepada rakyat jelata. Menurutnya rakyatlah yang
terpenting dalam suatu negara. Begitu pula apabila raja bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat, maka tugas para menteri untuk
memperingatkannya. Apabila raja mengabaikan peringatan-peringatan itu para
menteri wajib menurunkan raja dari tahtanya.
0 komentar:
Posting Komentar