Miletos sebagai kota
tempat lahirnya filsafat (filsafat Barat), konon ceritanya juga tempat lahirnya
tujuh orang bijaksana. Ketujuh orang bijaksana dimaksud memang tidak banyak
yang diketahui siapa saja namanya, meskipun waktunya diketahui yaitu kira kira abad
ke-6 s. M. Dalam berita berita yang didengar banyak orang pada waktu itu, namun
tentang nama namanya pun berganti ganti dan berbeda beda. Meskipun banyak orang
mengatakan berbeda beda, tetapi nama Thales dari Miletos tetap disebut sebut,
sehingga ia tetap diingat sebagai salah satu dari ketujuh orang bijaksana
dimaksud. Hanya saja tentang Thales
banyak dongeng yang beredar dan kurang dapat dipercaya. Tentang fakta dan data
Thales semasa hidupnya, dapat diketahui dari tokoh sejarawan Herodotos yang
hidup kira kira abad ke-5 s. M, namun Thales tidak disebutnya dengan nama
“filsuf” dan tidak menceritakannya bahwa ia sebagai filsuf . Baru kemudian
Aristoteles seorang filsuf yang hidup sekitar abad ke-4 s. M mengatakan secara
tegas dan mengenakan gelar kepada Thales “filsuf yang pertama”.
Satu hal yang perlu
diingat, bila Thales tidak pernah menulis pikiran pikirannya atau tentang
karyanya pun hampir tidak ada kesaksiannya. Oleh sebab itu, satu satunya sumber
yang bisa dipercaya yaitu dari karya Aristoteles, meskipun ia memperoleh
informasi hanya tradisi lisan saja. Salah satu contoh yaitu dalam traktat
Aristoteles tentang “metafisika” yang mengatakan bahwa “Thales termasuk filsuf
yang mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta”, dan
Thales adalah yang pertama di antara sesama filsuf se angkatannya. tentang
psikologi memberitahukan pula bahwa menurut Thales “kesemuanya penuh dengan
allah allah”. Aristoteles memperkirakan bila yang dimaksud perkataan Thales itu
bahwa jagad raya itu berjiwa. Jika hal itu memang benar, maka yang dikatakan
oleh Thales itu tentu mengandung arti bahwa magnit mempunyai jiwa, sehingga
mampu menggerakkan besi. Pendapat Thales bahwa jagad raya berjiwa, sering kali
lalu disebut “teori mengenai materi yang hidup” (Yunani: hylezoisme)
Pendapat lain tentang
prinsip pertama atau dalam istilah Yunani adalah arkhe alam semesta,
dikemukakan oleh seorang filsuf lain, yaitu Anaximandros. Anaximandros mengatakan bahwa dunia timbul dari yang
tak terbatas karena suatu penceraian (Yunani: ekkrisis). Prosesnya yaitu
dilepaskan dari apeiron itu unsur unsur yang berlawanan (Yunani: ta enantia)
berupa unsure panas dan unsure dingin, unsure kering dan unsure basah.
Unsur-unsur itu selalu berperang antara yang satu dengan yang lain. Misalnya
musim panas selalu mengalahkan musim dingin dan dsebaliknya, tapi bilamana satu
unsure menjadi dominant, maka karena keadaan ini dirasakan tidak adil (adikia),
maka keseimbangan neraca harus dipulihkan kembali.
Filsuf lain yang
mencari prinsip fundamental atau yang disebut arkhe dari alam
semesta adalah Anaximenes. Tentang tanggal kelahiran Anaximenes tidak diketahui
secara pasti, namun yang jelas bahwa ia lebih muda dari Anaximandros.
Anaximenes tidak menerima pandangan dari Anaximandros, karena menurutnya
bagaimana mungkin hal yang tak terbatas (to apeiron) dapat menjadi asas
yang pertama seluruh alam semesta dengan segala isinya. Anaximenes mengatakan bahwa prinsip pertama yang
merupakan asal usul alam semesta beserta isinya adalah udara. Hal ini dengan
dasar bahwa seperti jiwa menjamin kesatuan tubuh makluk hidup, terutama
manusia, demikian pula udara melingkupi segala galanya. Jiwa sendiri menurut
Anaximenes juga udara yang dipupuk dengan bernafas.
Ajaran filsuf filsuf
dari Ionia yang pertama bisa disebut “filsafat alam”, karena perhatian mereka
selalu dipusatkan pada alam. Alam senantiasa dalam keadaan perubahan, seperti
malam mengganti siang, bulan terang mengganti bulan gelap, laut pasang kemudian
surut, musim panas dilanjutkan musim dingin, dan lain sebagainya. Hal ini boleh ditambah
yaitu bahwa rasa heran itu sebenarnya juga merupakan latar belakang mite
mite kosmogonis dan mite mite kosmologis,namun
filsuf filsuf dari Miletos untuk kali pertamanya memberi jawaban secara
rasional atas problematic yang disodorkan oleh alam semesta. Hal inilah yang
menjadi preatasi luar biasa hebatnya bagi filsuf Miletos, meskipun banyak
unsure dari pemikiran mereka yang kedengarannya naïf bagi telinga orang masa
kontemporer ini.
Hasil pemikiran para filsuf pertama
kiranya dapat disimpulkan dalam tiga ucapan yaitu:
1. Alam semesta merupakan
keseluruhan yang bersatu, akibatnya maka harus diterangkan dengan menggunakan
satu prinsip saja, meskipun dalam memilih satu prinsip zat asali itu antara
filsuf yang satu dengan filsuf lain berbeda dalam mengartikan kesatuan dunia.
2. Alam semesta dikuasai oleh suatu hokum. Oleh sebab
itu, kejadian kejadian dalam alam semesta tidak merupakan kebetulan, melainkan
ada semacam keharusan di belakang kejadian kejadiannya.
3. Sebagai akibatnya, maka alam semesta merupakan kosmos.
Katakosmos adalah istilah dari Yunani, maka boleh
diterjemahkan sebagai “dunia”, namun akan lebih tepat lagi apabila
diterjemahkan “dunia yang teratur”. Jadi bagi orang Yunani, kosmos bertentangan
dengan khaos artinya dunia dalam keadaan kacau balau (Bertens,
1987: 33).
0 komentar:
Posting Komentar